Hallowww....
Setelah lama tak bersua, aku come back lagi dengan membawa berita gembira...hahaha
Apa itu ?
Yup!!!
Akhirnya novel pertamaku terbit juga!!! Judulnya Ok Fix !!! Kita bercinta...
Kalau dilihat dari judulnya sih, ini bacaan untuk usia 19++ tergantung bagaimana pembaca menyikapinya sih sebenarnya, yang pasti pesan aku, pandai-pandailah memilih bacaan yang sesuai dengan usia kita yah, guys!
Well, gak perlu lama-lama lagi, di bawah ini adalah 'sampel' cerita Ok Fix !!! Kita Bercinta...
- Deshi –
Angin yang semilir, bergerak dalam diam,
malu-malu menelusup melalui jendela kamar yang memang di biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam
dinding yang bertengger indah di sisi sebelah kiri dinding kamar menujukkan
pukul 8 pagi.
Aku menggeliat malas, kurentangkan kedua
tanganku ke atas dan tanpa sengaja menyentuh wajahnya. Aku tertegun. Kupandangi
wajah itu, wajah yang sudah menghiasi hari-hariku 6 bulan terakhir ini. Aku
susuri kesempurnaan yang ada padanya. Wajahnya yang putih, mulus, tanpa bekas
apapun, hidungnya yang mancung berdiri dengan bentuk yang ramping. Matanya, dan
bibirnya yang tipis berwarna pink muda alami, aku selalu se-terpukau ini setiap
kali memandangnya.
“Apa kau sudah puas memandangiku, nona?”
aku tertegun, aku tidak tahu kalau memandangi seseorang secara instens seperti
ini bisa membuatnya terbangun. Sedikit menyesal karena membangunkannya, aku
berbisik “Maaf” di telinganya, dan mulai bangun dari tempat tidur.
"Apa begitu sulit untuk memulai hidup
dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku mulai mengenakan kemeja
putihnya yang kebesaran buatku. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
" Jika begitu sulit, kau bisa pergi
dariku. Dan aku akan tetap disini, menunggumu menerima lamaran
pernikahanku", lanjutnya menatap kosong ke langit-langit apartemennya.
"L, aku sudah mengatakannya padamu,
aku belum siap, hubungan ini terlalu absurd buatku, yah...aku rasa ini belum
cukup kuat untuk menjadi landasan membangun sebuah rumah tangga. Bagaimana pun,
masih sangat ambigu buat aku menerima kalau akhirnya kamu yang akan jadi
suamiku" kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku menggigit bibir
bawahku, menyesal dengan apa yang baru saja aku katakan pada L. Aku tak
bergeming dari posisiku, aku masih membelakanginya. Ini untuk kesekian kalinya
dia membahas masalah ini, lucu sekali, pertama kali aku dilamar dalam hidupku
oleh seseorang yang lebih muda setahun dariku, setelah kami selesai bercinta di
kamarnya.
"Ambigu katamu? Hah...setelah
berkali-kali bercinta denganku dan kamu masih belum bisa menerimaku jadi
suamimu?", aku masih tak bergeming. Bukannya aku tak menghiraukannya atau
tak mencintainya, aku hanya ragu. Keraguan biasa yang akan dialami oleh setiap
wanita terhadap orang yang akan menjadi teman hidupnya, dan aku rasa, hal itu
adalah hal yang wajar.
Dia menarik tangan kiriku yang terjuntai lemah
di sebelah tubuhku, membuatku kembali berada diatas tempat tidur, L menatap
lekat padaku. Aku mengelus lembut pipinya, mencoba tersenyum kaku, hal ini
kadang menenangkannya saat emosinya sedang tidak terkendali seperti saat ini.
Ia balas tersenyum sinis, lalu mengecup bibirku. Aku terkejut dan membiarkan
mataku terbuka untuk menikmati ekspresinya, matanya terpejam, seperti hal itu
adalah suatu kewajiban yang harus dilakukannya.
Dia melepaskanku, dan kembali tersenyum
sinis padaku. Aku harus berbuat apa? Wajah tampannya lah yang selalu menghiasi
mimpiku. Dan kini, aku memilikinya seutuhnya, aku membuatnya bertekuk lutut
didepanku, dan memohon cinta abadi padaku, aku bukannya tidak mencintainya. Aku
mencintainya, sangat mencintainya, tapi untuk sebuah ikatan yang disebut
pernikahan? Aku masih belum berani.
"Mau coba?", katanya masih
menatapku, kini senyum licik menghiasi bibirnya yang tipis dan berwarna pink
muda itu.
"Heh???", Aku tak mengerti, dan
mengikuti pergerakan lengannya, mengambil sebuah bungkusan silver kecil diatas
nakas yang berada tepat disamping tempat tidur, dan memasukkannya ke dalam laci
nakas itu, lalu menguncinya. Senyumnya makin mengembang.
" Apa maksudmu?".
" Ayo kita lihat, apa kamu masih
bisa bilang hubungan ini absurd atau ambigu setelah bercinta denganku tanpa
pengaman", ia lalu mencium leherku, kali ini agak kasar, dan ketika
dia selesai, dia hanya meninggalkan bekas merah darah disana.
"Kamu seperti vampir," kataku
menggoda. “ Tapi aku gak bisa melakukannya tanpa bantuan benda itu, aku bisa
hamil..." dan sebelum aku melanjutkan argumenku, dia kembali menyerangku.
" Justru, itu yang aku inginkan,
dengan begitu tidak ada alasan lagi bagimu untuk menolak lamaranku", dia
menarik bed cover bercorak menara Eiffel hingga menutupi tubuh kami berdua, Dan
seolah tidak lelah setelah bercinta beberapa menit yang lalu, kami kembali
melakukan hal yang sama, kali ini tanpa pengaman.
Cinta kadang serumit ini dan seromantis
ini. Membuat kita bsia melakukan hal yang tak terduga. Seperti mood booster di
pagi hari yang memberi kekuatan penuh untuk tetap tersenyum selama sisa hari
yang ada. Seperti itulah cinta.
Gimana ceritanya, bagus kan ? Penasaran lanjutannya ??? Kamu bisa pesan novelnya secara online disini >>> Buy Ok Fix !!! Kita Bercinta....
Gak usah tunggu lama-lama lagi! Buruan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar