Kamis, 07 Mei 2015

Ok Fix !!! Kita bercinta..."has published"


Hallowww....

Setelah lama tak bersua, aku come back lagi dengan membawa berita gembira...hahaha

Apa itu ?

Yup!!!

Akhirnya novel pertamaku terbit juga!!! Judulnya Ok Fix !!! Kita bercinta...

Kalau dilihat dari judulnya sih, ini bacaan untuk usia 19++ tergantung bagaimana pembaca menyikapinya sih sebenarnya, yang pasti pesan aku, pandai-pandailah memilih bacaan yang sesuai dengan usia kita yah, guys!

Well, gak perlu lama-lama lagi, di bawah ini adalah 'sampel' cerita Ok Fix !!! Kita Bercinta...



- Deshi –
Angin yang semilir, bergerak dalam diam, malu-malu menelusup melalui jendela kamar yang memang di  biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam dinding yang bertengger indah di sisi sebelah kiri dinding kamar menujukkan pukul 8 pagi.
Aku menggeliat malas, kurentangkan kedua tanganku ke atas dan tanpa sengaja menyentuh wajahnya. Aku tertegun. Kupandangi wajah itu, wajah yang sudah menghiasi hari-hariku 6 bulan terakhir ini. Aku susuri kesempurnaan yang ada padanya. Wajahnya yang putih, mulus, tanpa bekas apapun, hidungnya yang mancung berdiri dengan bentuk yang ramping. Matanya, dan bibirnya yang tipis berwarna pink muda alami, aku selalu se-terpukau ini setiap kali memandangnya.
“Apa kau sudah puas memandangiku, nona?” aku tertegun, aku tidak tahu kalau memandangi seseorang secara instens seperti ini bisa membuatnya terbangun. Sedikit menyesal karena membangunkannya, aku berbisik “Maaf” di telinganya, dan mulai bangun dari tempat tidur.
"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku mulai mengenakan kemeja putihnya yang kebesaran buatku. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
 " Jika begitu sulit, kau bisa pergi dariku. Dan aku akan tetap disini, menunggumu menerima lamaran pernikahanku", lanjutnya menatap kosong ke langit-langit apartemennya.
"L, aku sudah mengatakannya padamu, aku belum siap, hubungan ini terlalu absurd buatku, yah...aku rasa ini belum cukup kuat untuk menjadi landasan membangun sebuah rumah tangga. Bagaimana pun, masih sangat ambigu buat aku menerima kalau akhirnya kamu yang akan jadi suamiku" kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku menggigit bibir bawahku, menyesal dengan apa yang baru saja aku katakan pada L. Aku tak bergeming dari posisiku, aku masih membelakanginya. Ini untuk kesekian kalinya dia membahas masalah ini, lucu sekali, pertama kali aku dilamar dalam hidupku oleh seseorang yang lebih muda setahun dariku, setelah kami selesai bercinta di kamarnya.
"Ambigu katamu? Hah...setelah berkali-kali bercinta denganku dan kamu masih belum bisa menerimaku jadi suamimu?", aku masih tak bergeming. Bukannya aku tak menghiraukannya atau tak mencintainya, aku hanya ragu. Keraguan biasa yang akan dialami oleh setiap wanita terhadap orang yang akan menjadi teman hidupnya, dan aku rasa, hal itu adalah hal yang wajar.
 Dia menarik tangan kiriku yang terjuntai lemah di sebelah tubuhku, membuatku kembali berada diatas tempat tidur, L menatap lekat padaku. Aku mengelus lembut pipinya, mencoba tersenyum kaku, hal ini kadang menenangkannya saat emosinya sedang tidak terkendali seperti saat ini. Ia balas tersenyum sinis, lalu mengecup bibirku. Aku terkejut dan membiarkan mataku terbuka untuk menikmati ekspresinya, matanya terpejam, seperti hal itu adalah suatu kewajiban yang harus dilakukannya.
Dia melepaskanku, dan kembali tersenyum sinis padaku. Aku harus berbuat apa? Wajah tampannya lah yang selalu menghiasi mimpiku. Dan kini, aku memilikinya seutuhnya, aku membuatnya bertekuk lutut didepanku, dan memohon cinta abadi padaku, aku bukannya tidak mencintainya. Aku mencintainya, sangat mencintainya, tapi untuk sebuah ikatan yang disebut pernikahan? Aku masih belum berani.
"Mau coba?", katanya masih menatapku, kini senyum licik menghiasi bibirnya yang tipis dan berwarna pink muda itu.
"Heh???", Aku tak mengerti, dan mengikuti pergerakan lengannya, mengambil sebuah bungkusan silver kecil diatas nakas yang berada tepat disamping tempat tidur, dan memasukkannya ke dalam laci nakas itu, lalu menguncinya. Senyumnya makin mengembang.
 " Apa maksudmu?".
" Ayo kita lihat, apa kamu masih bisa bilang hubungan ini absurd atau ambigu setelah bercinta denganku tanpa pengaman",  ia lalu mencium leherku, kali ini agak kasar, dan ketika dia selesai, dia hanya meninggalkan bekas merah darah disana.
"Kamu seperti vampir," kataku menggoda. “ Tapi aku gak bisa melakukannya tanpa bantuan benda itu, aku bisa hamil..." dan sebelum aku melanjutkan argumenku, dia kembali menyerangku.
" Justru, itu yang aku inginkan, dengan begitu tidak ada alasan lagi bagimu untuk menolak lamaranku", dia menarik bed cover bercorak menara Eiffel hingga menutupi tubuh kami berdua, Dan seolah tidak lelah setelah bercinta beberapa menit yang lalu, kami kembali melakukan hal yang sama, kali ini tanpa pengaman.
Cinta kadang serumit ini dan seromantis ini. Membuat kita bsia melakukan hal yang tak terduga. Seperti mood booster di pagi hari yang memberi kekuatan penuh untuk tetap tersenyum selama sisa hari yang ada. Seperti itulah cinta.


Gimana ceritanya, bagus kan ? Penasaran lanjutannya ??? Kamu bisa pesan novelnya secara online disini >>> Buy Ok Fix !!! Kita Bercinta....
Gak usah tunggu lama-lama lagi! Buruan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar